Perpustakaan mandiri yang dirintis dan dikelola oleh PKK Kelurahan Kidul Dalem pada awal tahun 2015 ini, telah memiliki koleksi sekitar 150 exp. bahan pustaka yang diklasifikasikan sedemikian rupa dalam 2 buah lemari kaca. Bahan pustaka tersebut terdiri dari beberapa jenis, diantaranya; majalah, buku, dan dokumen. Dan, dengan spektrum tema yang beragam diantaranya; keagamaan dan filsafat, gaya hidup dan keluarga, kebijakan pemerintah dan pembangunan, dan beberapa tema lainnya. Sebagai sebuah perpustakaan, tentu jenis maupun spektrum tema dari bahan pustaka tersebut masih sangat minim dan jauh dari jumlah ideal. Tapi sebagai langkah awal dari sebuah ikhtiar mulia untuk meningkatkan budaya baca warganya, agaknya terobosan-terobosan semacam ini perlu diapresiasi dengan positif. Pengembangan dan inovasi-inovasi lanjutan tentu dapat terus dikembangkan oleh kelurahan sambil terus mencermati respon dan sambutan warga. Apabila gayung bersambut, keterbatasan sumber dana dan tenaga tentu tidak akan menjadi masalah besar untuk sebuah upaya peningkatan layanan dan pengetahuan warga.
Menurut salah seorang staf Kelurahan Kidul Dalem yang juga pengelolah dan perawat koleksi pustaka ini, sumber-sumber bahan pustaka tersebut selain berasal dari kelurahan sendiri yang berupa referensi-referensi kebijakan, buku-buku pustaka keagamaan dan majalah sebagaian besar berasal dari sumbangan warga dan anggota PKK sendiri. Bahan-bahan pustaka tersebut selanjutnya diidentifikasi dan diklasifikasikan berdasarkan nomor, jenis serta tahun pengadaan untuk kemudian ditempeli label klasifikasi di masing-masing punggung buku. Upaya standar manajemen pustaka tersebut dipandang akan memudahkan dalam hal perawatan dan pengawasannya. Pola dan mekanisme peminjaman juga dibuat sangat mudah dan sederhana. Warga yang ingin membaca buku-buku atau referensi perpustakaan di tempat atau diistilahkan meminjam secara insidental cukup minta ijin ke petugas kelurahan yang akan mencatatnya di buku kunjungan. Sedangkan yang ingin meminjamnya untuk dibawa pulang dan dibaca di rumah atau diistilahkan peminjaman temporer, peminjam hanya perlu meninggalkan kartu identitas berupa KTP atau SIM yang masih berlaku. Dan, semua bentuk peminjaman tersebut tanpa dipungut biaya peminjaman alias gratis.
Bagi peminjam temporer diberi tenggang waktu peminjaman maksimal selama 3 hari. Untuk tenggang yang “hanya” 3 hari ini, pengelola mengemukakan 2 alasan yang cukup rasional: 1) supaya peminjam serius membaca atau tidak menunda-nunda untuk membaca buku yang telah dipinjam, dan 2) sehubungan masih minimnya jumlah koleksi yang tersedia. Apabila hingga 3 hari buku atau bahan pustaka yang dipinjam tersebut belum juga dikembalikan, pengelola akan menghubungi pengurus RT/RW dari warga sang peminjam untuk dimintai bantuan mengingatkan, konfirmasi atau bahkan turut memastikan proses pengembalian koleksi pustaka yang dipinjamnya. Komitmen bersama ini telah dibangun sedemikian rupa antara PKK, Pengurus RT/RW dan Kelurahan. Harapannya tentu saja koleksi yang ada tidak justru berkurang jumlahnya.
Ny. Dewi, salah seorang warga RT. 02/ RW. 06 yang sedang mengurus E-KTP, dan memanfaatkan waktu menunggunya dengan membaca majalah wanita menyatakan senang dengan keberadaan media baca ini: “Yo seneng mas, biasanya kalo nunggu-nunggu kayak tadi sukanya mainan (game,pen) hp. Kalo ada bacaan-bacaan gini, sambil baca-baca nunggunya jadi gak terasa lama”, jawabnya sambil mengembalikan sebuah majalah bersampul wanita berjibab edisi tahun lalu. Pak Yono warga lain yang bermaksud mengurus surat pengantar nikah putrinya, selagi menunggu karyawan swasta ini juga menghampiri lemari kaca perpustakaan. Namun ia hanya membolak- balik jajaran buku yang ada. Meski tertarik dengan cara baru kelurahan dalam melengkapi layanannya, ia belum bermaksud untuk sekedar membaca apalagi meminjam koleksi pustaka yang ada. ” Belum berminat mas!” ujarnya sambil duduk kembali. Agaknya judul-judul yang ia temui belum ada yang cukup menarik perhatiannya.
Selama dua bulan sejak diluncurkannya inovasi ini, memang dalam hal peminjaman belum terlalu menggembirakan. Selain jumlah koleksi yang masih minim dan tema-tema yang masih terbatas, belum adanya upaya sosialisasi kepada warga sasaran agaknya menjadi alasan paling rasional kenapa hal itu bisa terjadi. Setidaknya di lokasi perpustakaan seyogyanya ada pamlet, tulisan, atau informasi-informasi tempel lainnya yang menyiratkan tanda-tanda bahwa di sini ada sebuah perpustakaan terbuka, yang siap melayani warga Kelurahan Kidul Dalem yang gemar membaca. Mungkin ini hanya soal waktu saja. Atau mungkin ada strategi lain yang sedang disusun. Bagaimana pengelolah?. (mazipiend|kelkidal)