Demam batu akik kini juga menyasar masyarakat menengah atas dan kaum urban. Terbukti beberapa event batu mulia ini makin banyak digelar di mall dan shoping centre. Mulai kegiatan pameran, bursa, maupun kontes, baik berskala lokal maupun nasional. Salah satunya bursa akik yang digelar di beberapa Mall di Kota Malang oleh DMR Production.
Setelah sebelumnya menggeber bursa akik berskala nasional di Plaza Araya pada 27 Juli – 2 Agustus, dan di Mall Dinoyo City pada 28 Agustus hingga 06 September 2015, selanjutnya event organizer yang berbasis di Malang dan Sidoarjo tersebut mengelar event serupa di halaman Alun-alun Mall atau Ramayana Malang.
Di pusat perbelanjaan di wilayah Kidul Dalem itu, bursa akik nasional tersebut berlangsung dari tanggal 7 hingga 20 September 2015 nanti. Event yang juga berhadiah jutaan rupiah itu kali ini digelar dengan tajuk “Bursa Akik Nasional Abad Kejayaan”.
Menempati areal seluas lebih kurang 300 m dalam 3 blok, beragam jenis dan ukuran batu akik tergelar di bursa yang tinggal menyisakan 2 hari ini. Mulai dari jenis yang memang langka hingga yang saat ini lagi populer. dalam event kali ini setidaknya diikuti sekitar 50 kolektor dan penjual batu akik dari berbagai pelosok tanah air.
“Dari Kalimantan mengungulkan batuan Bacan, dari Sulawesi ada Sojol, dari Lampung dengan akik andalannya: Mani Gajah. Termasuk dari Maluku dan beberapa daerah terkenal akik lainnya. Dan tentu juga daerah-daerah penghasil batu akik lainnya di Jawa. Seperti Pacitan yang kali ini mengandalkan Red Baron”, ujar Yusuf, Operasional DMR Prod. Area Malang saat dikonfirmasi.
Lelaki tersebut juga menyebutkan bahwa selain di Araya Plaza, gelaran di dua mall berikutnya memang belum terlalu menggembirakan. “Pengunjungnya tidak terlalu membludak seperti di Araya Plaza, pesertanya (penyewa stand,red) juga masih keluar masuk”, sambung lelaki berdomisili di Malang itu.
Dari pantauan di lokasi, hingga siang hari memang masih banyak stand yang belum menggelar koleksinya. Terlihat beberapa etalase masih tertutup kain, juga kursi-kursi plastik yang terbalik di atas meja lapak. Beberapa stand bahkan tampak melompong tak berpenghuni.
“Tapi kalo malam lebih ramai mas, coba saja nanti malam”, ujar Pak Yusuf meyakinkan.
Ada sekitar 50-an stand yang memang telah terisi. Baik yang masih belum buka maupun yang siang itu sudah on menawarkan koleksi unggulan mereka. Dari beberapa banner dan tulisan yang terbaca di masing-masing stand, mereka berasal dari berbagai daerah sebagaimana keterangan Pak Yusuf di atas.
Di beberapa lapak stand yang sudah buka terlihat berbagai rupa, jenis maupun batu mulia itu. Baik yang dikemas secara exclusive dalam kotak-kotak transparan dan etalase maupun yang berserakan bak barang obralan.
Jenis-jenis Bulu Macan, Kecubung Api, Black Jade, termasuk berbagai giok hadir dalam berbagai bentuk maupun ukuran. Dan memang terlihat indah dan menggoda. Beberapa bahkan dilengkapi sertifikat atau tropy kejuaraan kontes.
Harga yang ditawarkanpun beragam pula. Mulai yang dua puluhan ribu hingga ratusan, bahkan jutaan rupiah. Meski harga termurah mungkin setara dengan 2 bungkus rokok itu, namun batu-batu mulia tersebut tetap terlihat mempesona. Logis jika kemudian pesonanya telah menjangkiti hati semua lapisan masyarakat negeri ini.
Kini memperbincangkan batu akik, yang kaum elite lebih menyukainya dengan istilah gemstone itu, bukan lagi bicara soal hoby atau assesories klenik semata. Melainkan mulai mengarah ke soal prestige, gaya hidup dan bahkan investasi. (mazipiend)
share its with :