Kabar Ngalam

Furniture Street, Refleksi Kota Malang Yang Kian Ramah

IMG20151109112749

Barisan kursi-kursi klasik dipasang di trotoar seberang Alun-alun Mall; refleksi Kota Malang yang makin ramah.

Jika anda pernah berjalan-jalan di kawasan jalan Braga atau jalan Asia Afrika di Kota Bandung, anda pasti merasakan nuansa kota-kota besar Eropa sebagaimana sering terlihat di televisi. Kota dengan trotoarnya yang dilengkapi dengan Furniture Street: lampu- lampu hias yang indah, kursi-kursi klasik yang menarik, ataupun bunga-bunga dengan pot-pot besarnya yang artistik.

Konsep itu agaknya mulai di terapkan di Kota Malang. Wacana penempatan kursi-kursi publik di beberapa trotoar pusat kota yang pernah dilontarkan, kini mulai diwujudkan. Setidaknya hal itu terlihat di trotoar Jl. MGR. Sugiopranoto yang bersebelahan dengan Kantor BI yang juga merupakan Gedung Cagar Budaya (Heritage).

Di trotoar bagian selatan sepanjang 300 m yang berseberangan dengan Alun-alun Mall itu, sejak Kamis (05/11) lalu terlihat telah dilengkapi dengan jajaran kursi-kursi klasik. Berikut 3 buah lampu hias minimalis yang berdiri diantara kursi-kursi tersebut. Setidaknya 7 buah kursi kayu sejenis yang terpasang di Alun-alun Malang telah berjajar rapi diantara pepohonan di trotoar selebar 2 m itu.

Trotoar yang dulu jadi tempat favorit para PKL, setelah disterilisasi peningkatan kualitasnya memang terus dilakukan oleh Pemkot Malang. Setelah kelar pembuatan saluran drainase, kini optimalisasi fungsi juga dilakukan melalui penyediaan fasilitas publik furniture street tersebut yang ditangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

Salah seorang warga yang terlihat habis berbelanja dan tengah menunggu angkota sambil istirahat di kursi baru itu merasa senang dengan keberadaan kursi oak berwarna natural tersebut. “Lumayan pak bisa untuk istirahat nggih!”, ujar wanita paroh baya tersebut sumringah seraya membetulkan letak kantong belanjanya.

Sayangnya di lokasi yang sudah dipasang rambu larangan parkir itu, masih kerap digunakan sebagai terminal bayangan oleh beberapa sopir angkota. Akibatnya macet dan semrawut kadang masih menjadi fragmen biasa di jalur simpang tiga tersebut. Apalagi saat musim hujan di tempat itu juga masih kerap didapati genangan air. Meski skalanya kecil, tentu hal tersebut sangat mengganggu masyarakat yang ingin beristirahat sambil menikmati denyut nadi kotanya dengan duduk-duduk bersantai ditempat terbuka itu.

Semoga ini menjadi catatan kita bersama, agar niat baik Pemkot Malang untuk memanjakan warganya dengan menyediakan berbagai fasilitas publik yang ramah dan murah, bisa tercapai. (mazipiend|kelkidal)


please, share its with :

facebook twitter