Opini

Refleksi Hari Ibu: Peran Ibu dan Pembentukan Karakter Anak di Jaman Gadget

ortu_dampingi_anak_belajar


Tantangan peran seorang Ibu masa kini tentu berbeda dengan 10 atau 20 tahun yang lalu. Tiap zaman memiliki dinamika dan tantangan sendiri, termasuk dalam perspektif peran seorang ibu, lebih khusus lagi; perannya dalam membentuk karakter dan kepribadian anak. 

Sebagaimana telah banyak diulas oleh para pakar, bahwa pondasi pembentuk karakter seorang anak adalah keluarga. Keluarga adalah laboratorium utama pembangun dasar-dasar kepribadian sang anak. Karena, ia merupakan lingkungan pertama pertumbuhan yang amat penting dan paling kritis dalam pembentukan karakter.

Atau dengan kata lain, interaksi dalam keluarga akan sangat menentukan sejauh mana karakter dan kepribadian seorang anak pada masa-masa berikutnya. Semakin kuat dan sehat interaksi yang terjalin dalam keluarga maka semakin kokoh pula karakter dan kepribadian seorang anak, dan begitu pula sebaliknya.  

Dan, Ibu adalah pihak yang paling dominan dalam proses-proses tersebut. Suara ibulah yang akan paling banyak didengar dan diturut oleh sang anak dalam proses pembentukan kepribadiannya. Ibu akan sangat bertanggungjawab terhadap kecakapan anak dalam merespon lingkungan sekitar. Dan itu akan berlangsung hingga mengantarkan sang anak pada masa-masa pertumbuhan selanjutnya. Sehingga, peran ibu akan sangat menentukan perjalanan pembentukan kepribadian seorang anak sejak awal hingga dewasa kelak.

Semakin cakap seorang ibu dalam memahami perlakuannya terhadap anak sejak dini, semakin positif juga pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian dan karakter sang buah hati. Sehingga dalam konteks ini, sangat diperlukan agresivitas seorang ibu untuk terus belajar dan menggali informasi yang dibutuhkan guna memaksimalkan peran parenting-nya hingga anak mencapai usia “kematangan kepribadian” (baca:dewasa).

Masalahnya, seiring perkembangan teknologi, semakin berkembang juga tuntutan akan peran-peran parenting seorang ibu. Juga semakin kompleksitas pula unsur-unsur yang turut mempengaruhi pembangunan kepribadian sang anak. Sehingga  semakin bergeser pula pola-pola yang diperlukan seorang ibu untuk mengantarkan anak pada kedewasaan kepribadian.

Gedget, game, dan kemajuan teknologi yang menyasar dunia anak-anak, tak terelakkan lagi begitu dominan menggerus peran-peran keluarga dalam membangun karakter sang anak. Peran-peran orang tua dalam mewarnai pola pikir dan aktivitas sang anak semakin rentan tergantikan oleh buaian teknologi yang justru cenderung mengarah ke distorsi kepribadian.

Kreativitas motorik anak semakin tersandera, interaksi sosial alamiah anak menjadi terbatas, dan daya nalar anak yang sehat tergantikan oleh jelajah imajiner dunia maya yang sarkastis. Belum lagi kecenderungan salah sasaran anak dalam menyerap teknologi yang semakin mengkhawatirkan. Konten-konten kekerasan, pornografi, ujaran-ujaran amoral semakin memperpanjang beban orang tua dalam menata kepribadian sang buah hati.

Apa yang harus dilakukan orang tua, dalam hal ini ibu sebagai pihak yang dianggap paling bertanggungjawab terhadap cacat kepribadian sang anak kelak?

Memang pertanyaan yang tak mudah, namun bukan pula berarti tak ada jawaban. Bukan berarti tak ada penyeimbang yang bisa dilakukan seorang ibu masa kini untuk tetap mengedepankan jati dirinya sebagai seorang ibu: Pengukir kepribadian dan karakter sang Anak!.

“Tiap Bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islami). Ayah dan Ibunyalah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (Penyembah api dan berhala)”. (HR. Bukhari)

Karenanya tetap saja, secara naluriah anak akan bercermin pada kepribadian orang tuanya. Lebih-lebih sang Ibunda tercintanya.

Yang pertama yang harus dikedepankan seorang ibu: tentu saja senantiasa menjaga martabat dan keluhuran kepribadiannya. Yang santun, sabar, penyayang, lemah lembut, hingga ia menjadi tempat pertama curahan hati seorang anak. Pada titik ini bukan berarti perlakuan seorang ibu harus jaim atau dibuat-buat. Namun, perilaku dan tutur kata yang etis tersebut memang harus diusahakan menjadi bagian dari attitude-nya. Diusahakan terjaga menjadi perilakunya sehari-hari khususnya saat berinteraksi dengan sang anak.

Selanjutnya sebagaimana disinggung di awal, seorang ibu masa kini harus senantiasa meningkatkan kapasitas pengetahuannya. Jaman telah berganti, segala hal telah berubah. Pola-pola pengasuhan dan pembentukan karakter anak-pun tidak lagi seperti ketika ia menjadi anak-anak di jamannya. Disela-sela kesibukannya sebagai seorang istri dan ibu, ia juga dituntut untuk terus menggali informasi dan ilmu-ilmu parenting. Sehingga ketrampilannya dalam mengelola psikologi anak cukup memadai untuk menjawab kebutuhan pembentukan karakter anak di masa kini.

Berikutnya, peran ibu sebagai jembatan dan kanal informasi di dalam keluarga menjadi semakin strategis dewasa ini. Melalui peran tersebut akan terbangun interaksi dan komunikasi yang sehat di antara seluruh anggota keluarga. Keluargapun akan tetap menjadi tempat yang nyaman bagi sang anak, karena ia menjadi lingkungan yang tetap terbuka bagi dunia anak. Pada titik ini diperlukan kearifan seorang ibu dalam menyikapi berbagai problem keluarga terutama yang berpotensi korelasif dengan perkembangan kepribadian sang anak. Sehingga seorang ibu tetap dapat mengedukasi anak dengan sewajarnya di tengah berbagai problem keluarga yang mungkin terjadi.

Setidaknya pola-pola di atas dapat diupayakan seorang ibu agar ia tetap menjadi teladan dan kebanggaan sang anak. Ketika seorang ibu yang luhur telah menjadi idola dan figur yang membanggakan bagi anak, maka mercusuar teknologi sebenderang apapun tak akan pernah menggantikan cahaya teladan orang tua. Sehingga amanah mulia seorang ibu bagi anak-anaknya tetap tertunaikan dalam segala peradaban.

Menutup tulisan ini Rasulullah SAW pernah ditanya seorang sahabat tentang peranan kedua orang tua. Beliau lalu menjawab: “Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu.” (HR. Ibnu Majah). Semoga bermanfaat, dan Selamat Hari Ibu bagi ibu-ibu Indonesia yang mulia!.

Ilustrasi: www.batamtoday.com


baca juga:

Kontemplasi Sang Anak di Hari Ibu


please, share its with :

facebook twitter