Site icon https://kelkiduldalem.malangkota.go.id/

5 Icon “Singo Ter-Edan” di Bumi Arema

logo hut 29 arema


Arema memang bukan sekedar soal sepak bola, melainkan tentang kebanggaan bahkan heroisme lokal. Tak dipungkiri pula, Singo Edan telah menjadi iconik kebanggaan Aremania dan warga Malang. Monumen dan patung karakter sang raja rimba itupun makin banyak ditemui di sudut-sudut bumi Arema ini.

Sebagai kado Ultah ke-29 PS. Arema (yang kini menjadi Arema Cronus FC.) pada 11 Agustus 2016, secara khusus kami tahadirkan liputan menarik tentang patung-patung singo edan yang ada di bumi Arema ini. Kami pilihkan 5 patung ter”edan” atau paling monumental versi Kha5 Ngalam. Ter-edan setidaknya berdasarkan aspek artistik, latar belakang/ alasan filosofi pendiriannya maupun dampak sosialnya bagi warga sekitar. Berikut liputannya;

1. Monumen Singo Edan, Taman Trunojoyo

Monumen Singo Edan Taman Trunojoyo; Apresiasi Pemkot Malang kepada Arema dan Aremania/nita

Di urutan pertama, tentu saja Monumen Singo Edan di Taman Trunojoyo. Monumen ini terdiri dari 3 buah patung singa yang berukuran raksasa. Dengan tinggi 7 meter dan lebar 7 meter, monumen ini sangat mencolok dan kerap kali menjadi lokasi selfie. Apalagi lokasinya memang sangat strategis. Dibangun oleh Pemkot Malang di bawah kepemimpinan Walikota HM. Anton sebagai bentuk apresiasi terhadap Arema dan Aremania/nita. Monumen yang desainnya ditentukan melalui lomba secara terbuka ini diresmikan oleh sang Walikota pada 28 Desember 2014.

Belum ke Malang kalo belum berfoto di Monumen Singo Edan Taman Trunojoyo (07/08/16)

Desain karya Heppy Jundan Hendrawan, seorang dosen DKV Univ. Negeri Malang akhirnya dinobatkan menjadii pemenangnya. Setelah melalui beberapa sentuhan tambahan agar lebih pas dengan filosofis Kota Malang, selama kurang lebih empat bulan desain tersebut diwujudkan menjadi monumen yang menjadi landmark baru dan kebanggaan warga Malang. Monumen yang didominasi warna keemasan tersebut awalnya sempat diwacanakan untuk didirikan di Taman Idjen di depan Museum Brawijaya atau pertigaan depan Perpustakaan Kota.

Kini patung tiga raja rimba tersebut bertengger di pojok Taman Trunojoyo, berseberangan dengan Stasiun Kota Baru yang makin ramai. Melengkapi keindahan Taman edukasi dan menjadi destinasi baru warga kota, atau menyambut siapa saja yang datang ke bumi Arema tercinta.

      2. Monumen Singo Edan, Jl. Lembang

Monumen Singo Edan Jl. Lembang, mengaum menantang mentari

Monumen singo edan Jl. Lembang dengan panjang 2 meter dari ujung ekor hingga moncongnya ini nampak gagah menjaga taman warga di sana. Ekspresinya yang mengaum dengan kaki depannya menahan bola memang terlihat sangat garang. Kulitnya yang dibalur cat warna keemasan mampu memantulkan sinar mentari kepada para pengguna jalan di pertigaan itu.

Monumen swadaya warga 2 kelurahan ini (Kel. Samaan dan Kel. Rampal Celaket) dibuat oleh seniman Malang, Ono Sumarsono dari bahan beton cor bertulang.

Desain awal sebenarnya berdiri (sambil menunjukkan gestur kaki depan siap menerkam), tapi karena besinya segini (sambil menunjukkan jari kelingling) gak kuat nahan beban dan bagian kepalanya terputus”, kata Sam Bambang Sujianto, mantan Sekretaris pembangunan taman dan monumen Singo Edan itu menjelaskan.

Pentolan Aremania Korwil Ngalengka (Jl. Ngantang, Jl. Lembang dan Jl. Kaliurang) yang tinggal di Jl. Ngantang No. 1A itu juga mengungkapkan bahwa patung singa itu dibuat pada tahun 2000 dengan biaya 6 juta.

Biayanya nggak terlalu besar karena serba sumbangan”, bisiknya terkekeh. “Plus biaya peresmian dan lain-lain saat itu sekitar 12 jutaanlah”, sambung lelaki ramah itu.

Taman dan Monumen Singo Edan di Jl. Lembang; soliditas dan gotong-royong warga dua kelurahan

Setahun berikutnya tepatnya pada 2001 monumen tersebut memang diresmikan. Dari foto-foto yang ditunjukkan, peresmiannya terbilang luar biasa untuk masa itu. Selain dihadiri beberapa pejabat pemerintahan, juga terlihat pendiri dan pengurus Yayasan Arema kala itu, Lucky A. Zaenal (Alm.) dan Iwan Budianto. Bahkan pesta yang konon dari pagi hingga pk. 11 malam tersebut juga dihadiri rombongan Pasopati (supporter Persis Solo).

Yang meresmikan Pak Nico (Drs. Nicolaus Eko PgD. MSc., Kapolresta Malang saat itu) karena Pak Yitno (H. Suyitno, Walikota Malang saat itu) sedang keluar negeri”, urai Sam Bambang lebih lanjut.

Aremania yang pernah menjadi parner kerja Alm. Lucky A. Zaenal dalam usaha perkayuan itupun berkisah panjang lebar. Berkisah tentang sejarah hingga dampak sosial atas kehadiran patung Singo Edan yang menghadap utara itu. Mengaum menyongsong terbitnya sang mentari. Menyiratkan semangat juang yang senantiasa berkobar.

    3. Monumen Salam Satu Jiwa, Jl. Kresno

Monumen Salam Satu Jiwa Aremania Polehan (Jl. Kresno)

Monumen ini juga tergolong istimewa. Setidaknya dari segi artistik maupun filosofis. Jika umumnya patung atau replika singo edan dibuat dengan desain garang; moncong terbuka memamerkan taring-taringnya plus kaki-kaki dengan cakar yang siap menerkam, tidak dengan singa yang satu ini. Karakter singa ini justru lebih humanis (atau.. hewanis kali ya). Posisinya duduk santai dengan kaki-kaki depan lurus sejajar plus raut mukanya menonjolkan senyuman manis, sungguh jauh dari kesan sangar. Patung Singo setinggi 2 meter yang bertengger di mulut Jl. Kresno ini malah terlihat “lebih ramah”. Bahkan seolah mengucap selamat datang kepada siapapun yang hendak memasuki salah satu kampung Aremania itu.

Singo Edan tak selamanya berwajah garang; Salam Satu Jiwa!

Dibuat oleh pematung lokal bernama Eko Sukarman pada tahun 2010. Pematung yang juga seniman lukis tersebut membuat patung singo tersebut dari bahan beton cor bertulang. Dinamakan Monumen Salam Satu Jiwa karena di bawah kaki depan sang singo memang tertulis slogan sarat makna tersebut. Sayang saat dikunjungi ke rumahnya, sang pematung yang merupakan pensiunan sipil Rindam Malang itu tak berhasil ditemui. Hanya sang istri tercinta dan adik perempuan yang ramah. Plus, beberapa pajangan karya lukis dan patung hanoman karya terbaru Pak Eko yang tak kalah mengangumkan.

Dari keterangan Pak Amin, pemilik resto yang berada tepat di seberang patung singo itu didapat sedikit penjelasan bahwa monumen bertanggal 24/07/2010 tersebut memang hasil swadaya Aremania Polehan, utamanya warga Jl. Kresno itu. Patung Singo edan yang ramah itu juga menghadap ke utara. Menyongsong mentari pagi sekaligus berucap selamat berkarya kepada Aremania atau siapapun yang melintas di jalan raya itu.

    4. Patung Singa Edan Korwil Ngaglik, Jl.

Singo Edan Korwil Ngaglik; Menantang siapapun yang mengusik ketenangan bumi Arema

Patung Singo Edan yang satu ini juga tak kalah unik. Berbeda dengan karakter singo edan kebanyakan, patung singo edan di Jl. Arif Margono ini berdiri tegak dan bertumpu pada dua kaki belakangnya. Sementara kaki-kaki depannya mengepal dan meninju, dengan raut muka yang garang. Mulut terbuka dengan barisan taring yang menakutkan, sorot mata nanar dan tajam, rambut yang menjuntai hingga dada, plus ekor yang tegang ke atas seolah menantang siapapun lawannya.

Berdiri gagah diatas atap bengkel sang bendahara korwil, A. Berni

Patung Singa Edan Korwil Ngaglik itu dibuat pada tahun 2013 lalu. Karya figuratif tiga dimensi tersebut berbahan fiber dengan tinggi 2,5 meter. Hasil tangan dingin pematung setempat bernama Harianto. Menurut Ahmad Berni, Bendahara Aremania Korwil Ngaglik setidaknya dibutuhkan dana lima juta untuk membuat ikon kebanggaan Aremania itu.

Biayanya dikumpulkan dari hasil komisi penjualan tiket jatah korwil dan sumbangan Aremania sini”, ujar lelaki 60 tahun lebih itu. Bahkan Korwil yang diketuai Drs. Eko Ari itu juga berencana membikin patung singo edan lagi berbahan cor yang akan ditempatkan lebih ke utara. Lokasinya telah siap.

Tinggal nunggu dana”, sambung Aremanula (Aremania manula) tersebut terkekeh.

Yang jelas, saat ini patung apik singo edan simbol soliditas Aremania Nganglik telah berdiri gagah. Atap tempat usaha bengkel las miliknya setinggi 3 meter menjadi pedestal dan pijakan berdiri patung garang tersebut. Menantang siapapun yang berniat mengusik soliditas Aremania.

    5. Singa Arema di Gang Singo

Patung Singa Edan satu-satunya yang bergaya Manga

Patung singo edan yang dibangun kira-kira 12 tahun yang lalu ini terlihat bergaya manga. Ukuran kepalanya dimorphing sehingga agak lebih besar dari badannya. Panjang dari ujung ekor yang menjuntai hingga bagian depan muka sang singa kurang lebih 2 meter, dengan tinggi patung kira-kira 1 meter.

modelnya nyontoh mainan anak-anak dari plastik itu loh”, ujar Hari Setiawan Ketua RT. 08/ RW. 06, wilayah dimana patung singo edan itu bertengger.

Ditempatkan di atas gapura setinggi 3 meter di mulut gang 4 Jl. Brigjend. Katamso, sehingga total tinggi dari permukaan tanah kurang lebih 5 meter.

Membuatnya ya di bawah, di dalam kampung. Setelah selesai digotong rame-rame dan dinaikin”, kenang pak RT. berkisah. Lelaki sepuh itu bercerita bahwa keberadaan patung singo itu sesungguhnya juga menghapus sebutan kurang mengenakkan untuk gang itu. Dahulu orang menyebutnya gang badeg. Karena konon di sekitar tempat itu memang terkenal ada penjual badeg. Meski sang penjual sudah tak ada lagi, tetap saja gang itu terlanjur disebut gang badeg.

Gang Singo; Menjaga jatidiri Aremania

Kan gak mengenakkan ya. Setelah ada patung singa itu orang menyebutnya gang singo. Akhirnya kita namakan gang singo sekalian”, ujar lelaki ramah itu tersenyum. Ia juga mengaku bahwa patung singo edan itu murni swadaya warga setempat. Meski ia tak tahu berapa anggaran yang dibutuhkan untuk membuat patung bercat kuning emas itu.

Susah ngitunge… ada sisa besi di tempat kerja, dibawa. Butuh semen, urunan”, ujarnya lagi.

Sebagaimana monumen atau patung-patung singo edan swadaya lainnya, memang sulit mengetahui pasti besaran anggaran yang telah dikeluarkan. Satu hal yang pasti, karya-karya monumental tersebut adalah refleksi kebersamaan, gotong-royong dan soliditas tulus dalam dekapan salam satu jiwa: A R E M A. Tamales gnalu nuhat! (mazipiend|kelkidal)


please, share its by :

dan dukung website kami di polling AIKID Award 2016
Exit mobile version