Dunia seni rupa Kota Malang kembali menggeliat. Di akhir November ini karya 9 perupa hadir untuk memuaskan hasrat pecinta seni khususnya yang beraliran Abstrak. M, Goweng, Jonnie K, Leeman, M. Eksan, M. Sattar, M. Arifin, S. Drajad, dan Yon Wahyouno memajang karya-karya mereka di DKM, Jl. Majapahit No. 3, dalam gelaran seni bertajuk “Abstrak Hari Ini”.
Pameran seni yang berlangsung dari tanggal 21 hingga 30 November ini memang menyuguhkan aliran seni dengan cita rasa yang agak berbeda. Menikmati aliran Abstrak memang memerlukan keberanian berkontempelasi masuk ke dalam relung-relung coretan maupun warna, agar kemudian mampu merefleksikan segala letupan-letupan rasa pelukisnya.
Kegelisahan, kegetiran, kemarahan bahkan pengharapan tidak akan terdiskripsi secara vulgar. Hanya komposisi-komposisi artistik di atas kanvas. Dan selanjutnya, penikmat dipersilahkan memaknai sendiri karya-karya tersebut sesuai imajinasi mereka.
Dalam pameran tersebut ditampilkan sekitar 25 lukisan yang tergantung dalam 3 etalase ruangan terpisah. Masing-masing menampilkan aliran yang sama meski dengan tema yang beragam. Di masing-masing ruangan juga terpajang beberapa seni instalasi 3 dimensi dengan pesan-pesan yang tajam bahkan terkesan menohok.
Tengok saja di etalasi utama yang seolah diarahkan untuk menyambut kedatangan pengunjung. Di ruangan terbuka yang menghadap gerbang itu, terlihat seni instalasi yang cukup menyolok. Terdapat 3 rangkaian bambu yang saling menopang dan seolah memayungi susunan material lain yang membentuk ilustrasi Pedagang Kaki Lima. Dan sarkasme-nya adalah: ada tungku kemenyan dipojok dagangannya. Sangat satir sekali!.
Atau, karya seni instalasi di etalasi gedung sebelah utara. Beberapa peleg sepeda berbagai ukuran disusun sedemikian rupa, membentuk kontruksi aneh yang berakhir menembus dinding etalase. Menancap sebagian dan menyatu ke dalam jajaran lukisan yang berirama dan bertema sama.
Tentu konsep seni ini menjadi menarik karena memadukan secara harmoni antara karya lukis dengan seni instalasi. Jadilah seni rupa kontemporer yang cukup atraktif dan mencuri perhatian. Namun, meski secara kasat mata menyodorkan rupa-rupa yang realis, tetap saja penikmat harus merenung untuk memaknai maksud dari karya 4 dimensi tersebut.
Mainstream kebanyakan pengunjung pameran seni Kota Malang memang masih linier dan terkesan kurang berani “out the box” dalam menikmati karya seni. Mereka lebih nyaman dengan aliran-aliran realis.
Untungnya penyelenggara pameran cukup cakap untuk menjembatani mainstream tersebut dengan “maksud hati” sang perupa melalui karyanya itu. Pada setiap karya yang dipamerkan penyelenggara melengkapinya dengan nota karya, termasuk konsep seni yang diusung oleh sang seniman. Penikmat seni tetap bebas memaknai karya-karya abstraks tersebut namun idealisme berkarya sang pelukis tetap tersampaikan secara gamblang. Syukur-syukur jika pemaknaan pengunjung seia-sekata dengan idealisme pelukisnya.
Dari diskripsi yang tertera di catatan masing-masing karya, diketahui maksud berkesenian sang perupa. Dapat ditangkap pula bahwa tema-tema cinta lingkungan, kepedulian sosial, kemarahan pada korupsi, bahkan protes atas eksploitasi perempuan dan human trafficking mengemuka dalam pameran kali ini.
Karya-karya abstraksi memang memerlukan perenungan untuk menikmatinya. Namun ia juga tidak membatasi imajinasi liar penikmatnya untuk merefleksikan sendiri karya tersebut secara otonom, meski absurb sekalipun.
Saat berkunjung ke lokasi pada Jum’at (27/11) siang lalu, pewarta media ini mendapati sekelompok pelajar perempuan sedang berdiskusi di depan sebuah karya. Di bagian lain seorang pelajar berpakaian pramuka juga tengah serius menyimak sebuah lukisan besar.
Pelajar SMAN 5 Malang yang kemudian diketahui bernama Andri itu mengaku sudah 2 kali menikmati pameran di tempat ini, dan siswa kelas XII itu tetap merasa senang. “(Kali ini) Lebih lengkap dan bervariasi (temanya)”, ujar siswa IPS itu mengomentari pameran kali ini.
Dan ia meyakinkan kami bahwa memang merasa enjoy menikmati lukisan-lukisan di dinding etalasi itu, meski mungkin tak terlalu peduli lagi untuk memikirkan lebih dalam maksud dari karya yang dipelototinya.
Inilah indahnya seni, itulah kebebasan ekspresi. Tidak ada salahnya jika akhir pekan kali ini anda berkunjung ke Gedung DKM, mencoba menjadi penikmat seni yang otonom. Siapa tahu anda menemukan keteduhan hati, atau bahkan inspirasi positif di sana. Semoga!(mazipiend|kelkidal)
share its with :