Seperti halnya yang terlihat pada siang ini (24/07/17). Usai berdzikir, tak kurang dari 50-an jamaah yang sebagian besar berseragam coklat tersebut masih bertahan, meski yang lain telah beringsut meninggalkan tempat duduknya. Mereka “tolibul ilmu” mencari pencerahan bathin melalui kajian agama yang rutin digelar di masjid itu.
Istimewanya lagi yang bertindak sebagai imam sholat dhuhur sekaligus memberikan siraman rohani siang itu adalah Drs. Sutiaji, yang tak lain adalah Wakil Walikota Malang.
“Ied adalah kembali. Minal aidin wal faizin, harapannya kembali (aid) sebagai orang yang beruntung (faiz)“, ujar N2 dalam tausiahnya yang bertema idul fitri. Wawali berlatar NU dan politikus PKB itu memang kerap memberikan tausiah ba’da dhuhur di Masjid Baiturrohman ini.
“Dalam falsafah Jawa urip iku urup (hidup itu berkembang). Karena urup (hidup) maka ono matine (bisa padam). Urup (hidup) itu harus membawa manfaat. Agar membawa manfaat, kita harus bisa merasa tak punya apa-apa. (Toh) saat lahir kita gak duwe opo-opo, mati gak gowo opo-opo, maka hidup ojo jagakno opo-opo“, urai orang nomor dua Pemkot Malang dalam tutur campuran bahasa Jawa.
Ditengah isu pembubaran ormas radikal yang konon pengikut dan simpatisannya menyebar kemana-mana, pengajian-pengajian bersahabat dan toleran khas ahlussunah seperti halnya di Masjid Baiturrohman Pemkot Malang ini, memang harus makin massif digelar. Bahkan ini bagian dari upaya revolusi mental yang memang harus terus didengungkan.
Jamaah Sholat Dhuhur ataupun Ashar di masjid Pemkot Malang itu memang selalu ramai. Sebagian besar jamaahnya para ASN atau pegawai pemkot lainnya. Lebih-lebih sejak ada himbauan resmi dari Walikota Malang pada Mei tahun lalu melalui Surat Edaran (SE) tentang Himbauan Melaksanaan Sholat Berjamaah.
SE bernomor 222/SE/1397/35.73.133/2016 yang ditandatangani Walikota Malang, Moch. Anton itu menghimbau kepada ASN, TNI-POLRI, pelajar-mahasiswa dan segenap kalangan profesi (yang beragama Islam) untuk menghentikan seluruh kegiatan saat adzan berkemandang dan segera melaksanakan sholat fardlu berjamaah.
Himbauan yang juga disebut Gerakan Sholat Berjamaah di Awal Waktu, yang balihonya juga tersebar disudut-sudut kota itu, memberi warna tersendiri pada kebijakan Kota Malang, lebih religius dan juga mendukung revolusi mental.
Pendeknya, tausiah lisan dari Wawali, Drs Sutiaji dan himbauan formal dari Walikota, Abah Anton, semakin meneguhkan tekad bahwa pembangunan fisik yang terus dilakukan juga telah dibarengi dengan pembangunan mental-spiritual. Setidaknya revolusi mental di kalangan ASN Kota Malang terus didengungkan. (mazipiend|kelkiduldalem)